Penghargaan dan Hukuman dalam Organisasi Perusahaan
PENGHARGAAN (REWARD)
1) Penghargaan Intrinsik
Penghargaan intrinsik berisi penghargaan yang
berasal dari respon individu terhadap
pekerjaan
itu sendiri, yaitu berasal dari
transaksi antara seorang
individu dengan tugasnya tanpa ikut sertanya (campur tangan) pihak ketiga.
Penghargaan
intrinsik ditentukan
oleh individu dalam interaksinya dengan pekerjaannya. Contoh,
penghargaan
intrinsik dapat berupa rasa tanggung
jawab, rasa tertantang, rasa unggul, rasa mengontrol,
rasa
berpartisipasi,
dan sebagainya. Manajemen harus
merancang pekerjaan sedemikian rupa sehingga penghargaan intrinsik dapat dicapai oleh karyawan yang memenuhinya.
2) Penghargaan Ekstrinsik
Penghargaan ekstrinsik adalah kompensasi yang secara langsung
disampaikan dan dikontrol oleh organisasi (pihak ketiga) serta bersifat lebih kasat mata (mudah dilihat).
Sistem penghargaan ekstrinsik
mengacu
pada semua penghargaan di luar
pekerjaan itu sendiri. Dengan demikian, sistem
penghargaan ekstrinsik mencakup
baik penghargaan finansial maupun non-finansial yang diberikan
oleh
organisasi dalam usahanya
untuk merespon kinerja
karyawan, baik
secara kualitas
maupun kuantitas.
Pada prinsipnya penghargaan merupakan program wajib perusahaan yang
menginginkan perusahaan (Mahmudi, 2005). Maka
jelas penghargaan organisasional adalah semua yang
dihargai dan diinginkan sumber daya manusia yang
mampu dan mau diberikan perusahaan sebagai ganti atas kontribusi yang diberikan sumber daya
manusia tersebut. Didalamnya terbagi lagi menjadi berbagai penghargaan
finansial dan non-finanasial.
Meskipun uang adalah alat yang
sangat
besar
pengaruhnya bagi karyawan dan produktivitas mereka, dampak dari
penghargaan
non-finansial juga
sama
berartinya bagi karyawan. Karyawan menginginkan
penghargaan yang
setimpal dengan apa yang diberikannya kepada perusahaan dan sama
dengan
yang diterima
karyawan lain dengan pekerjaan
serupa
pasti karyawan tersebut akan menunjukkan hasil kerja yang
konsisten. Norma ekuitas adalah hal yang penting bagi penghargaan. Jika karyawan tidak memperolehnya, maka cenderung akan mengurangi sumbangsih mereka atau bahkan keluar dari
perusahaan tersebut. Penghargaan
dapat
menjembatani gap antara tujuan perusahaan dengan
harapan dan
aspirasi individual (Sedamaryanti,
2001). Sedamaryanti (2001) juga menjelaskan bahwa penghargaan berfungsi
sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang
disetujui secara sosial, juga untuk
memperkuat perilaku yang
disetujui secara sosial. Maksud dan tujuan dari penghargaan adalah agar karyawan menjadi lebih giat lagi usahanya
untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang
telah dicapainya. Jadi dalam sisi
yang lebih luas, penghargaan dirancang agar mampu menarik perhatian,
mempertahankan
dan
mendorong karyawan agar bekerja lebih produktif, di mana
penghargaan
harus mencerminkan
win-win result, bagi
karyawan dan
perusahaan. Secara luas penghargaan diciptakan untuk menarik, menahan, dan memotivasi kinerja
karyawan. Namun
tujuan
yang
lebih penting
didalamnya adalah keadilan atas persamaan yang bisa dicapai dengan setidaknya tiga dimensi
berikut:
1. Kesamaan Internal: berdasarkan harga dari apa yang diberikan karyawan
bagi
perusahaan.
2. Kesamaan
Eksternal: disesuaikan
dengan pembayaran raya-rata
perusahaan lainnya.
3. Kesamaan Individual: pembayaran yang
adil sesama individu yang melakukan pekerjaan yang sama atau
serupa.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghargaan
Terdapat empat faktor yang
harus dijadikan dasar dalam mempertimbangkan kebijakan penghargaan
(reward) menurut Nawawi (1999), yaitu Internal Consistency
(konsistensi internal), External
Compentitiveness
(persaingan/
kompetensi
eksternal), Employee contributions
(kontribusi karyawan), dan Administration (administrasi).
1. Konsistensi Internal yang kadang-kadang disebut dengan keadilan internal
merujuk kepada
pekerjaan atau tingkat keahlian didalam sebuah perusahaan, yang membandingkan
kontribusi mereka dalam pencapaian
tujuan
organisasi. Dengan perkataan lain konsistensi internal merupakan penetapan pemberian penghargaan (reward) yang didasarkan pada. Sebagai contoh kecil hal-hal yang mencakup penghargaan adalah
penghargaan
kristal optik perbandingan jenis-jenis pekerjaan didalam perusahaan. Untuk itu perlu maka perlu dilakukan analisa
jabatan (job analisis),
uraian pekerjaan/tugas
(job description), evaluasi pekerjaan (job evaluation) dan
job
structur untuk menentukan besarnya imbalan
untuk tiap-tiap jenis pekerjaan.
Konsistensi internal menjadi salah
satu faktor yang
menentukan semua tingkatan
imbalan pekerjaan yang sama,
maupun semua pekerjaan yang
berbeda. Pada
kenyataannya, perbedaan penghargaan yang diberikan sesuai kinerja masing-masing karyawan merupakan salah satu kunci yang
menantang para manajer.
2. Kompetensi eksternal adalah penetapan besarnya penghargaan pada tingkatan
dimana
perusahaan masih memiliki keunggulan kompetitif dengan perusahaan lain sehingga
perusahaan dapat mempertahankan
karyawan yang memiliki keunggulan/berkualitas untuk tetap bekerja
diperusahaan.
3. Kontribusi karyawan merupakan penetapan besarnya penghargaan yang
merujuk kepada kontribusi yang
telah diberikan karyawan kepada
perusahaan. Penghargaan dapat ditetapkan berdasarkan senioritas, prestasi kerja, panduan
insentif, dan program yang ada di dalam perusahaan.
4. Administrasi merupakan
faktor keempat
yang
dijadikan
bahan
pertimbangan oleh perusahaan
dalam menetapkan kebijaksanaan
pemberian penghargaan,
antara lain aspek perencanaan,
anggaran yang
tersedia, komunikasi dan evaluasi.
Komponen Penghargaan
Ada
berbagai jenis dan bentuk komponen penghargaan (reward) yang
mungkin diberikan kepada
karyawan berdasarkan prestasi kerja atau lama waktu
dedikasi dalam perusahaan. Penghargaan dapat juga dibedakan atas penghargaan tradisional dan kontemporer yang
berbeda dan yang
baik untuk mengenali cara kerja keras dan dedikasi. Sebagai contoh kecil hal-hal yang
mencakup penghargaan adalah penghargaan kristal optik
bagi karyawan
berprestasi kerja.
Kendatipun
wujud
dan bentuk penghargaan kecil namun jelas dan sempurna dengan kata-kata terukir
di dalamnya. Pihak
perusahaan dapat menulis
pengakuan atau prestasi
di bagian depan penghargaan dan menunjukkan penghargaan dengan cara ini. Ini adalah
contoh pemberian penghargaan yang
mampu memotivasi karyawan lainnya agar berprestasi
kerja. Secara
lebih rinci, komponen-komponen
penghargaan yang
dimaksud adalah gaji, bonus, insentif, dan promosi.
Prinsip-prinsip Pemberian Penghargaan
Penghargaan sangat
erat kaitannya dengan
sebuah
motivasi.
Setiap manusia memiliki prinsip hidup masing-masing, maka tidak jarang manusia
menjadikan sebuah penghargaan sebagai
sebuah
motivasi tersendiri. Apapun
yang
dilakukan oleh manusia,
akan mendapat kepuasan yang berbeda jika hal
yang dilakukan tersebut mendapat tanggapan atau penghargaan dari orang lain. Maka dapat dijelaskan bahwa penghargaan merupakan salah satu faktor penting yang mampu
mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang. Seperti halnya dengan prinsip-prinsip pemberian penghargaan yang
harus memiliki dasar yang jelas dan akurat sehingga mampu
mempengaruhi tindakan atau perilaku
seseorang. Lia Kanjeng Ais (2010) menjelaskan
prinsip-prinsip pemberian
penghargaan
sebagai berikut :
1. Penilaian didasarkan pada “perilaku” bukan “pelaku”. Untuk membedakan
antara ’pelaku’ dan ’perilaku’ memang
masih sulit,
terutama bagi yang
belum terbiasa.
2. Pemberian penghargaan atau hadiah harus ada batasnya. Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang dipergunakan selamanya.
3. Pemberian penghargaan dapat berupa perhatian lebih atau perhatian intensif. Alternatif bentuk hadiah yang terbaik bukan hanya berupa
materi, tetapi berupa
perhatian baik verbal maupun fisik.
4. Pemberian
penghargaan distandarkan pada proses,
bukan hasil. Banyak
orang
lupa,bahwa proses
jauh lebih penting daripada hasil.
jauh lebih penting daripada hasil.
Tujuan Penghargaan
Sedamaryanti (2001) menjelaskan bahwa penghargaan berfungsi
sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang
disetujui secara sosial, juga untuk
memperkuat perilaku yang
disetujui secara sosial. Maksud dan tujuan dari penghargaan adalah agar karyawan menjadi lebih giat lagi usahanya
untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang
telah dicapainya. Jadi dalam sisi
yang lebih luas, penghargaan dirancang agar mampu menarik perhatian,
mempertahankan
dan
mendorong karyawan agar bekerja lebih produktif, di mana
penghargaan
harus mencerminkan
win-win result, bagi
karyawan dan
perusahaan.
Secara luas penghargaan diciptakan untuk menarik, menahan, dan memotivasi kinerja
karyawan. Namun
tujuan
yang
lebih penting
didalamnya adalah keadilan atas persamaan yang
bisa dicapai dengan setidaknya tiga dimensi
berikut:
1. Kesamaan Internal: berdasarkan harga dari apa yang diberikan karyawan
bagi
perusahaan.
2. Kesamaan
Eksternal: disesuaikan
dengan pembayaran raya-rata
perusahaan lainnya.
3. Kesamaan Individual: pembayaran yang
adil sesama individu yang melakukan pekerjaan yang sama atau
serupa.
Sanksi (Punishment)
1) Sanksi prefentif,
yaitu sanksi yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi pelanggaran. Sanski ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman.
yaitu sanksi yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi pelanggaran. Sanski ini bermaksud untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman.
2) Sanksi represif
yaitu sanksi yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi sanksi itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
yaitu sanksi yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi sanksi itu terjadi setelah terjadi kesalahan.
TUJUAN SANKSI
Sanksi pegawai menurut Timpe
(1999) yang merangkup
pendapat Cameron menjelaskan bahwa
sanksi-sanksi
yang dilaksanakan bagi para pelanggar aturan, pada prinsipnya bertujuan untuk memperingatkan pegawai
dengan jelas tentang
perilaku yang
diharuskan dan akibat-akibat pelanggaran yang
dapat terus berlanjut. Sanksi-sanksi tersebut berbentuk simbolis yang
berfungsi sebagai :
(1) Tolak ukur untuk menunjukkan tingkat keseriusan pelanggaran yang dipandang manajemen.
(2) Menunjukkan posisi karyawan bawahan pada rangkaian sanksi itu.
(3) Bersifat mendidik.
(4) Memperkuat motivasi untuk menghindarkan
diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sanksi
Mangkuprawira (2009) menjelaskan bahwa sanksi yang
diterima karyawan
harus sebanding
dengan pelanggaran yang dilakukannya. Berikut beberapa tingkat pelanggaran karyawan dan
sanksi yang diterima
atas tingkat pelanggarannya
yaitu:
1. Pelanggaran Tingkat I
Pelanggaran
pada tingkat ini adalah sebagai
berikut :
· Datang terlambat
tanpa pemberitahuan.
· Mengganggu
kinerja kantor dalam
bentuk apapun.
· Pulang sebelum jam yang telah ditentukan tanpa
alasan yang jelas.
· Membawa senjata
tajam, minuman keras,
dan merokok ditempat
kerja.
2. Pelanggaran Tingkat II
Pelanggaran
pada tingkat ini adalah sebagai
berikut :
· Tidak masuk kerja selama 3 hari atau lebih tanpa ijin, baik secara tertuli maupun lisan.
· Tidak masuk kerja selama 3 hari atau lebih tanpa ijin, baik secara tertuli maupun lisan.
· Sering datang terlambat dan pulang lebih awal
tanpa alasan jelas.
· Menggunakan fasilitas
kantor untuk keperluan pribadi.
· Tidak mematuhi peraturan yang telah
ditentukan.
1. Teguran dari kabag ataupun atasan langsung.
2. Surat peringatan ( SP I ) terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran
tingkat II.
3. Pelanggaran Tingkat III
Pelanggaran
pada tingkat ini adalah sebagai
berikut :
· Tidak dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik.
· Merusak fasilitas kantor
dengan sengaja.
· Melecehkan pihak
yang masih berhubungan dengan
lingkungan kerja.
· Mencuri
asset perusahaan.
· Membocorkan
rahasia
perusahaan
kepada pihak lain yang
bukan karyawan atau
pihak terkait dengan perusahaan.
Sanksi yang diterapkan
terhadap
pelanggaran
diatas
diantaranya :
3. Surat
peringatan
II
terhadap karyawan
yang melakukan pelanggaran
tingkat III.
4. Surat peringatan III dan pemecatan terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran
tingkat III berturut-turut.
KOMPONEN
SANKSI
Siagian (1998) menjelaskan bahwa
disiplin juga merupakan bagian penting dari sanksi. Disiplin
merupakan tindakan manajemen untuk mendorong
para anggota organisasi memenuhi berbaga
kebutuhan
yang harus
dipenuhi oleh para anggota organisasi. Siagian (1998) juga menjelaskan
bahwa
pada dasarnya dalam suatu organisasi terdapat
dua jenis disiplin, yaitu
:
1)
Disiplin yang bersifat preventif.
Pendisiplinan preventif merupakan bentuk pendisiplinan yang
bersifat tindakan yang mendorong para
bawahan
untuk taat
pada berbagai
ketentuan yang berlaku dan memenuhi
standar yantelah
ditetapkan.
2)
Disiplin yang bersifat
korektif.
Pendisiplinan korektif
lebih ditujukan
kepada pemberian sanksi kepada
bawahan atas sejumlah pelanggaran yang
telah dilakukannya. Dengan kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap,tindakan, dan perilaku
yang diinginkan
dari setiap anggota organisasi
maka diusahakan jangansampai para pegawai
berperilaku negatif. Siagian (1998) menyebutkan bahwa agar upaya pendisiplinan di kalangan
pegawai dapat tercapai, maka sanksi pendisiplinan harus diterapkan secara
bertahap. Pendisiplinan secara
bertahap yaitu dengan mengambil langkah yang
bersifat sanksi pendisiplinan, mulai dari yang tingkat ringan hingga yang terberat misalnya :
a) Peringatan lisan;
b) Pernyataan
tertulis perihal ketidakpuasan oleh atasan langsung;
c) Penundaan gaji berkala;
d) Penundaan
kenaikan pangkat;
e) Pembebasan dari
jabatan;
f) Pemberhentian sementara;
g) Pemberhentian atas
permintaan sendiri;
h) Pemberhentian dengan
hormat
tidak
atas permintaan sendiri;
dan i) Pemberhentian tidak dengan hormat.
Prinsip-prinsip Pemberian Sanksi
Timpe (1999) menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip yang dikenali membentuk dasar-dasar organisasi dalam program sanksi yang baik. Prinsip-
prinsip tersebut adalah
sebagai
berikut :
1. Komunikasi standar
Kebijakan-kebijakan, standar dan
prosedur-prosedur sanksi
lama,
dibuat secara tertulis
dan dikomunikasikan kepada para bawahan.
2. Mengumpulkan fakta-fakta
Para pimpinan mengumpulkan
data-data faktual
jika
suatu pelanggaran
terjadi. Jika tindakan disiplin
tertantang, beban pembuktian
terletak pada pimpinan untuk memperlihatkan bahwa ada penyebab terhadap perlakuan yang demikian.
3. Konsistensi
Sanksi harus
diimplementasikan secara konsisten. Jika tidak akan muncul keraguan terhadap
situasi di antara pegawai. Para
pimpinan harus menerapkan sanksi yang
sama dalam keadaan-keadaan yang serupa.
4. Ketepatan waktu
Sanksi harus
diterapkan secepat mungkin setelah
terjadi suatu pelanggaran. Namun
demikian,
dalam keadaan dimana emosi sangat mudah meledak, maka penerapan
terhadap prinsip ini dapat
sedikit diperlonggar.
5. Keadilan
Tindakan sanksi harus
diterapkan dengan
adil,
sesuai
dengan standar yang telah
dilanggar. Pimpinan harus
mampu memperlakukan
bawahan
dengan adil, jika program sanksi
ingin berhasil.
Penerapan-penerapan sanksi yang
tidak
adil akan merusak kinerja
dan kepuasan kerja pegawai.
6. Tindakan positif
Sanksi harus
berorientasi pada tindakan
korektif dan positif.
Jika mungkin Sanksi harus memberi kesempatan
bagi
bawahan untuk
memperbaiki
kinerjanya.
7. Pelaksanaan
Batasan sejauh mana setiap prinsip sepenuhnya dilaksanakan dalam sebuah organisasi mungkin beragam dari tinggi ke rendah, tergantung pada pandangan yang diberikan pelaksana program sanksi.
Batasan sejauh mana setiap prinsip sepenuhnya dilaksanakan dalam sebuah organisasi mungkin beragam dari tinggi ke rendah, tergantung pada pandangan yang diberikan pelaksana program sanksi.
http://eprints.undip.ac.id/39256/1/TAMPUBOLON.pdf
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/2839/2390
Ivancevich, John M. et al. (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta. PT. Gelora Aksara.
Gasperz, Vincent. (2007). Organizational Excellence. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
Comments
Post a Comment